-->
Sesuatu Yang hilang

Sesuatu Yang hilang

"Non Riri..., sarapan nya udah selesai Non..!" Suara Bi' Iyem membuyarkan Lamunan Sang Majikan yang sudah setengah jam tadi menatapi Hujan yang terus mengguyur perkarangan Rumah nya seakan seperti Hati Riri yang lagi sedih menyesali apa yang telah di alami Riri belakangan ini.

"Eh I.. Iya Bi', Riri blum lapar, bentar lagi.." suara Riri yang agak terbata menjawab perkataan Bi' Iyem.
"Non masih mikirin Den Arya ya? Yang sabar ya Non.!" Bi' Iyem sambil melangkah meninggal kan sang majikan nya sendiri menuju dapur.
"kenapa ya Tuhan...? Kenapa harus secepat itu...?" jerit hati Riri seakan bergetar, nafas nya terengah - engah seolah habis berlari kencang, dengan pandangan yang sayup Riri menatap Kolam Renang nya yang tak henti di guyur hujan.. Dan tanpa ia sadari Ia terlena dengan lamunan nya yang menghantarkan nya pada kenanganan yang terakhir bersama Arya yang saat itu lagi bertengkar hebat yang membahas Anto mantan pacarnya.



"enggak.. Aku gak mau kalau kamu masih terus dekat sama Dia Ri.. Anto itu jahat Dia mau balas dendam sama kamu..!" celah Arya menjelaskan pada Riri yang saat itu terjadi pertengkaran nya yang sangat keras bersama Riri.
"Arya.. Anto itu teman dekat Aku dari kecil Dia itu enggak sejahat yang kamu kira.. Kenapa kamu bisa nuduh dia yang enggak - enggak?" jawab Riri yang terus membela Anto sebagai teman dekat Riri yang sekaligus mantan pacar nya sebelum menjalin Cinta bersama Arya

"kamu enggak tau Ri, kamu udah nyakiti hati dia secara gak langsung, jadi maka dari situ Dia pengen balas dendam sama kamu.."

"Ya.. kamu itu tau dari mana kalau Anto sejahat itu.?" dengan nada yang terus meninggi dan Rasa pengen tau Riri terus mendesak Arya.
"Karena Aku sempat mendengar obrolan nya bersama teman dekat nya Ri.., Dan Aku juga Pacar kamu, Aku juga berhak untuk melindungi kamu dan menjaga hubungan kita." Arya terus meyakinkan Riri agar percaya padanya.

"iya Aku tau tapi bukan berarti Kamu bisa ngekang Aku berteman sama siapa aja.!"
dengan wajah emosi Riri terus berontak.
"Riri kamu enggak tau Anto Ri.. dia jahat" " plak " tiba - tiba sebuah tamparan mendarat di Pipi Arya yang seolah tidak disadari Arya kalau Riri sanggup menampar Wajah nya.
"Ok..Kalau ini mau kamu Ri, Aku terima.."
Dengan nada pasrah dan wajah yang sedikit emosi Arya tetap meyakinkan Riri walau Riri hanya bisa terdiam dan terdiam tak sadar kalau ia udah menampar sang pacar sambil menatap langit, dengan rasa penyesalan, yang saat itu langit benar - benar mendung hingga tidak ada satu pun bintang yang kelihatan menunjukan diri nya
"Riri..., besok Aku akan pergi Ri, kalau kau masih tetap teguh, mungkin ini akan untuk selama - lama nya Ri..!" Arya mengakiri kata - kata nya yang meyakinkan perasaan hati nya yang saat itu lagi bergejolak dalam pertengkaran yang begitu dalam hingga Arya berniat melepaskan Riri dari hati nya yang Ia begitu menyayangi nya, sambil berharap Riri mengerti. Tapi saat itu Riri mulai meneteskan Air mata, yang dalam hati nya lagi berkecamuk untuk memilih antara Arya sang pacar atau Anto yang telah dekat dari kecil sekaligus mantan pacar nya yang dulu, iya bingung apa lagi dengan penjelasan Sang pacar benarkah Anto sejahat itu? Riri terus berpikir. "Dduueerr.. grrr.." terdengar suara guntur dan dibarengi hujan yang langsung turun selebat - lebatnya yang mengakiri pertengkaran merka..


Ke esokan pagi nya Riri terbangun agak siangan karena semalaman tidak bisa tidur karena terus mempertimbangkan perkataan sang pacar yang sekaligus mengancam hubangannya. Dan begitu Riri terbangun dari tidur nya ia langsung menuju kamar mandi yang terletak di sudut ruangan kamar pribadinya, dan begitu selesai Ia duduk di depan meja rias nya dan menghadap cermin yang merekam sebagian tubuhnya, sambil mengingat - ngingat kejadian tadi malam, kalau Dia memang takut Arya benar - benar pergi meninggal kan nya karena Ia udah benar - benar mencintainya, tapi sementara Dia tetap masih ingin dekat dengan Anto. "Sreeek.... kedempreng... tung.. tung.." suara botol, dan Make Up yang berjatuhan kelantai Tiba - tiba saja Riri menyerakan semua yang terletak diatas meja riasnya
dan tertunduk sambil menjambak - jambak rambutnya.
Dengan langkah yang agak gontai dan wajah yang sidikit stres, Ia pun kluar dari kamarnya dan langsung menuju meja makan dan langsung menyantap sarapan yang di hidangkan Bi' Iyem.
"Baru bangun Non?" suara Bi' Iyem dengan nada lembut tiba - tiba mengejutkan Riri.
"Iih Bi' Iyem ngejutkan aja, Iya kesiangan Bi'.." dengan spontan wajah Riri seolah seperti wajah orang yang lagi terkejut.
"Non tadi Den Arya datang Dia katanya mau pamitan sama Non.. tapi karena Non masih tidur ya Dia titip salam sama Non.."
dengan nada polos Bi' Iyem menjelaskan ke Riri yang saat itu mengkerutkan kening nya dengan perasaan heran.
"Bi' Iyem kok gak banguni Saya Bi'.!, emang Den Arya katanya mau pergi kemana Bi'?" Agak kesal Riri menanyak Bi' Iyem.
"Ta.. ta.. tapi Den Arya ada menitipkan Surat tuk Non, tapi Bi' Iyem gak tau perginya kemana Non.." seketika Bi' Iyem merasa bersalah kepada majikan nya..
"mana surat nya sinih..!" sambil membentangkan tangan nya yang menjulur ke arah Bi' Iyem,
dengan keburu langsung Bi' Iyem menyerahkan surat yang dititipkan padanya.

Bergegas Riri berlari kekamarnya, yang terlihat wajah nya yang begitu penasaran langsung membuka amplop surat itu dan seketika mengeluarkan isinya, Dia pun langsung membacanya dengan berisikan :
" Teruntuk Riri seorang dirumah yang kusayangi,
anggap lah surat ini sebagai penganti hadir ku yang saat ini di sisimu, Riri Aku minta Maaf atas keputusan ku yang mendadak ini mungkin hanya jalan ini lah yang dapat menyelesaikan masalah ini di dalam hubungan kita yang sudah terjalin selama satu tahun. Karena belakangan ini, Aku merasa kalau hubungan kita ini tidak harmonis lagi ketika kesepulangan Anto ke Jakarta, Aku melihat kalau dirimu masih memendam rasa pada Nya, dan perubahan yang drastis pada dirimu, yang seketika berubah padaku, Aku benar - benar tak sanggup, berat bagiku tuk jalani ini semua Ri.! Saat Kau ceritakan semua tentang Dia padaku, segala keluh dan kisah yang pernah kau jalin dengan nya, Aku coba memahami dan selami semua yang Kau curahkan seolah Aku merasakan nya, tetapi dalam setiap bait nya bergejolak di Dada ku Ri..
hari - hari kau terus cerita tentang Dia, yang membuat Aku semangkin terluka Ri.
Jadi Maafkanlah jika Ku meminta Kau tinggal kan lah dirinya yang pernah Kau Cinta, sungguh berat bagiku untuk jalani ini semua jika kau hanya separuh hati mencintaiku, Aku hanya ingin kan Cinta yang selalu didambakan setiap Insan bukan hanya separuh cinta yang masih tersimpan untuk nya.
Selamat tinggal Riri..
Aku akan meninggal kan Jakarta dan berangkat ke Medan, dengan Pesawat siang ini..

Dari seseorang yang pernah di hatimu..

Arya Abdi winata."

Tanpa di sadari nya Riri sudh meneteskan Air mata yang sidikit membasahi sebagian surat yang di baca nya,

Dengan tergesa Riri langsung meluncur bersama Honda Jazz Pink kesayangan Nya hasil hadiah dari Orang tuanya saat di acara ulang Tahunnya dua Tahun Lalu sewaktu Ayah dan Ibu nya masih di Jakarta. Dengan secepat kilat Riri terus menambah kecepatannya ke jalan raya yang menuju arah Bandara Soekarno-Hatta.
Dengan perasaan yang sangat terluka Riri memutar salah satu koleksi musicnya yang mengandung banyak kenangan bersama Arya dahulu sambil mengingat - ingat kenangan yang indah sewaktu Ia bersama Arya, dan Ia tidak Lupa memandang Foto mereka bersama dengan wajah yang begitu dekat seolah mengejek ke arah kamera, yang selalu di bawa nya dalam Mobil kesayangan nya..
"Arya please tunggu Aku..!" jerit hati Riri memohon pada hatinya sendiri. Sesampainya di salah satu perempatan jalan tiba - tiba seorang Pria berseragam lengkap yang ternyata seorang Pilisi Lalu lintas melambai - lambaikan tangannya ke atas ke bawah yang memberikan salah satu tanda atau Isyarat agar sipengemudi kendaraan mengurangi kecepatan lajunya hingga kurang lebih 20km/jam, tiba - tiba Riri mengerutkan keningnya tertanda heran karena ada keramaian yang mengerumuni tengah - tengah perempatan jalan itu, dengan wajah yang diselimuti sedih dan heran tiba - tiba saja Riri memberanikan diri untuk menanyakan kepada seorang Polisi tadi sewaktu Ia hendak melawati sisi - sisi tangan nya yang tengah memberikan Isyarat,dan langsung menurunkan kaca jendela Mobil nya dan sidikit menjulurkan kepalanya keluar,
"Maaf Pak.! ada apa ya ramai - ramai itu Pak.?" tanya Riri dengan Rasa yang penuh penasaran dan nada yang begitu sopan.
"Maaf baru aja terjadi kecelakaan sekitar 5 menit lalu di sini yang mengakibatkan kemacetan." jawab Polisi tadi menjelaskan apa yang baru terjadi.
"Oo.. Gitu ya Pak? Sebelumnya terimakasih ya Pak?" balas Riri dengan hati puas, dan dibalas oleh senyuman yang ramah dari seorang petugas tadi.
Selang 5 menit dari kemacetan tadi Riri masih aja sedih dan tanpa Dia sadari tiba - tiba Ia pun kembali menangis terisak - isak ketika mengingat kenangan yang terindah dialami nya belakangan ini bersama sang pacar Arya, apa lagi dengan alunan - alunan lagu yang terus menemani perjalanannya ke Bandara S - H.
Tanpa Ia sadari dan di barengi rasa penyesalan,takut,sedih,dan kehilangan, ternyata Riri tlah sampai di Gerbang Bandara dan langsung mencari tempat parkir yang tepat untuk nya.. Langsung Dia keluar dan berlari ke Arah Lobi Bandara dan mulai mencari Arya.. Riri pun langsung menuju petugas loket dan bertanya kalau pesawat yang berangkat ke Medan siang ini udah berangkat apa belum? Terdengar suara halus sang petugas memberikan jawaban keberangkatan akan ditunda 45 menit lagi dengan rasa puas Riri langsung saja meninggal kan petugas tadi dan mulai mencari sang kekasih yang Ia begitu cintai Sambil menoleh kan wajahnya ke kanan dan Kiri, Riri terus berjuang untuk mempertahan kan cintanya ke Arya dan sekaligus ingin memohon Maaf atas kelancangan tangannya yang telah menampar Arya tadi malam.Dia terus berlari kesana, kemari, pulang, balik,dan berulang - ulang kali Ia salah menyapa orang yang tidak dikenali nya sendiri dan tiba - tiba langkah nya terhenti ketika Ia menatap salah satu dari calon penumpang yang Ia rasa kalau Ia benar - benar mengenal nya dan langsung menghampirinya Ia yakin kalau itu adalah Arya, Ia pun langsung memegang tangan nya yang saat itu lagi membelakangi jalannya, "Arya..? ma......af ya saya salah orang..."
" Eh.. Gak apa - apa " dan ternyata dia adalah calon penumpang lain dan langsung merespon Riri dengan senyum yang benar - benar membikin Riri kembali merasa malu, tapi semua itu di tepis Riri begitu saja demi Cintanya kepada Arya dan rasa penyesalan atas dirinya sendiri..

"Perhatian - perhatian bagi calon penumpang pesawat boing 000 jurusan Jakarta - Medan akan segera berangkat.. Terima kasih"
Tiba - tiba dari sudut - sudut ruangan terdengar suara yang memberitahukan kalau keberangkatan Pesawat yang akan di tumpangi oleh pacar nya benar - benar akan take off, spontan saja Riri langsung merasa lemas seolah - olah kalau seluruh tubuhnya tidak dapat lagi digerakan oleh nya, dengan sekuat tenaga Riri mencoba berjalan kearah pintu keluar dan sampai di batas parkir Riri langsung tersandar ke salah satu pilar yang menopang atap Loby Bandara,dengan rasa yang sangat kecewa, menyesal, sakit, dan sangat kehilangan Riri pun pasrah..
"nguuuuunghzzz" begitu kerasnya suara mesin pesawat yang menusuk tajam ke dalam telinga Riri langsung menembus hati, dan perasaan Riri yang saat itu tidak sanggup untuk melihat keberangkatan pacar yang sangat Ia sayangi, Riri pun terduduk dilantai Loby Bandara dan bersandarkan Pilar yang menghadap keluar Bandara sambil tertunduk yang di tahan kedua lututnya.
tanpa di sadari Air matanya terus membasahi wajahnya yang kecil mungil hingga ke bibir nya yang Ranum, tangis nya pun tidak dapat lagi terbendung oleh hati nya yang mulai terisak - isak terasa begitu menyayat hati Riri, tapi tiba - tiba saja tanpa di sadarinya ada sesosok pria yang berdiri menatap dirinya, Dengan sekuat tenaga Riri mecoba mengangkat kepalanya dan mulai melihat sepasang kaki yang tengah berdiri di depannya hingga Ia pun terkejut ketika melirik ke arah wajah pria tadi, tiba - tiba saja denyut jantungnya seakan berdebar kencang hingga seolah terdengar oleh telinga nya sendiri, darah nya yang tadi seakan berhenti kini bereaksi kembali seakan melebihi batas normal, dan hati nya tadi merasakan sakit tiba - tiba saja berubah menjadi hampa.
"Riri.." terdengar suara yang menyebut namanya, yang selama ini sudah tidak asing lagi terdengar di telinga Riri.
mendengar namanya disebut pria tadi tubuhnya seakan kembali bergetar hebat, jantungnya terus berdetak hebat, terasa seolah - olah angin pun berhenti berhembus, yang membuat mulutnya tidak dapat berkata sepatah katapun, hingga tangan pria tadi memegang kedua lengan Riri yang tadinya terduduk lemas untuk di bantu berdiri menghadap tubuh Pria tadi spontan saja Riri langsung memeluk tubuh Pria tadi dan menangis sejadi - jadinya yang di barengi isak yang begitu pilu baginya.
"Arya.. kamu jahat kenapa kamu mau tinggal kan Aku sendiri..? Hik.. Aku minta maaf.. Aku begitu sayang padamu Hik.. Aku menyesal, Aku tidak akan mengulangi lagi, Hik.."
Riri melepaskan semua hasrat rindunya ke pria tadi yang tidak lebih adalah pacarnya Arya, sambil menangis dan terisak Riri terus saja mengomel tentang dirinya ke Arya,
"Iya.. Ya udah gak usah nangis..!
Sekarang Arya udah disinikan?
malu ah di lihat orang.!" nada lembut dari mulut Arya menenangkan Riri, sambil mengelus rambut Riri yang terus memeluk Arya sekuat - kuatnya.
"enggak.. Biar aja yang penting Riri seneng hik Arya bisa kembali"
dengan nada yang tersendat - sendat yang agak mirip kayak anak - anak yang lagi ngomel sambil menangis Riri menjelaskan.
Dengan rasa sayang, Arya mengangkat wajah Riri dan mengecup mesra kening Riri yang penuh kelembutan dan rasa sayang yang begitu besar kepada pacarnya hingga membuat Riri tidak dapat berkata apa - apa lagi. Tiba - tiba "kriuek" suara yang di timbulkan dari perut Riri yang lagi menahan rasa lapar membuat Arya tersenyum dan berkata "Riri laper ya? Ya udah Ayo kita makan dulu ya?" sambil melihat jam tangan Arya yang menunjukan pukul 01:30 siang dan menunggu jawaban Riri dengan tiga kali menaik turunkan wajah nya yang bertanda kalau Ia setuju dan langsung mencari tempat makan siang yang enak.

Singkat cerita pukul 03: lewat mereka pun selesai makan dan berniat kalau mereka mau menuju ke puncak yang sering mereka datangi untuk menghabiskan waktu becanda, bermain, dan saling memberikan kemesraan. Sepanjang perjalanan mereka terus becanda, tertawa riang, membahas kenangan indah, dan saling mengerti satu sama lain.

Sesampainya di puncak mereka terus becanda, serius, tertawa, hingga kemesraan semangkin mengikat mereka. Tapi tiba - tiba saja Arya berkata kepada Riri
"Ri..! Andai saja Aku tidak ada lagi di sisimu, masih mau kah kamu menyayangi ku? Tetapkah cinta Riri ke Arya?"
"Riri akan tetap mencintai Arya untuk selama - lamanya hingga Riri udah menjadi nenek - nenek sampai nafas terakir Riri, dan kalau Arya tetap di samping Riri, Riri juga tetap akan mencintai Arya walau Arya udh menjadi seorang kakek yang tidak bisa apa - apa lagi." Riri begitu polos dan tulus menjawab pertanyaan Arya.
Ketika siang mulai berganti malam, bintang - bintang indah pun mulai satu persatu bermunculan yang menambah indah nya malam.
Diatas bukit yang indah dengan di terangi cahaya Bulan mereka duduk saling berdampingan sesekali tangan Arya membelai rambut Riri yang bersandar ke pundak Arya, tiba - tiba tangan Arya menunjuk ke salah satu bintang yang terlihat sangat terang dari pada bintang - bintang yang lain.
"Ri.. Andai Arya gak ada di sisi Riri lagi, lihat aja bintang itu ya.. Bintang yang paling terang dari pada bintang - bintang yang lain nya.." dengan rasa sayang Arya mengucapkan kata - kata yang menyentuh hati Riri, seketika pula sebuah meteor jatuh ke bumi dengan ekor yang sangat indah seperti kembang api di saat tahun baru tiba..
"hei lihat ada meteor jatuh.."
Riri langsung memekik melihat apa yang baru saja di saksikannya seketika saja Riri memanjat kan doa ke pada sang maha kuasa karena dalam seumur hidup manusia cuma bisa dikira orang yang dapat menyaksikannya..
Tapi dalam hitungan detik saja meteor yang indah tadi hilang seketika.
"Ri, Riri minta doa Apa tadi?" dengan wajah yang kelihatan penasaran Arya menanyakan pada Riri apa yang lagi diinginkannya.
Riri pun menjawab agar orang yang selalu di sayanginya selalu melihat dirinya dan selalu hadir dalam mimpi - mimpinya..
Langsung saja Arya menegaskan kalau Dia akan selalu menemani malam - malam Riri baik itu sedih atau pun gembira.. Seperti bintang - bintang diatas dan meteor yang baru di saksikannya..
Tapi dengan ke Ajaiban Tuhan, tiba - tiba meteor - meteor yang indah tadi bermunculan satu - satu seperti yang di namakan Meteor Rain atau hujan Meteor yang langsung hilang satu persatu dan kembali muncul satu persatu.
"Mustahil... Hujan meteor Ar.! Arya lihaat.. Meteor jatuhnya banyak sekali" Riri kembali memekik kegirangan dengan rasa yang penuh dengan keheranan dan di balut kebahagian, suatu pengalaman hidup yang indah dapat melihat hujan meteor bersama orang yang dikasihi..
Tapi sayangnya hanya mereka berdua yang dapat melihat keajaiban Alam itu, mungkin saja karena mereka ada di atas bukit yang tinggi hingga mereka dapat melihatnya.
"Riri anggap lah suatu saat nanti kalau Riri melihatnya lagi, itulah diri Arya yang sebenarnya yang langsung membuat hati Riri gembira begitu melhatnya kembali" Sekenanya Arya mengucapkan 
sebuah kalimat yang membuat Riri semangkin terhanyut kedalam dekapan Arya.. Apalagi Riri memandangi ponsel kameranya yang meyimpan Foto - foto mereka berdua yang baru saja di jepret nya tadi siang bersama Arya..
Ketika meteor yang mereka lihat tadi mulai hilang satu - persatu hingga tidak ada satu pun yang terlihat, hanya tinggal beberapa bintang dan hanya ada satu yang paling bercahaya seolah seperti tersenyum melihat kebahagian mereka berdua, tiba - tiba saja ponsel Riri berbunyi seperti orang yang lagi berbicara dengan menerangkan kalau sekarang sudah pukul 9 malam. Langsung saja mereka bergegas meninggal kan bukit tadi yang diakhiri dengan "Ri.., Arya sayang Riri..!"
Riri spontan menjawab "Riri juga sayang sama Arya" yang langsung dikecup oleh Arya kening Riri yang tidak terlalu lebar itu, penuh dengan rasa sayang, dan keromantisan yang dimiliki Arya sambil meninggalkan puncak.

Singkat saja mereka sudah berada di jalan Raya kota yang megah itu dengan mengendarai mobil Riri, mereka terus melintasi malam yang indah ini..
Dan tanpa sengaja Arya melintasi perempatan yang tadi siang dilalui Riri, tapi polisi lalu lintas tadi masih tetap berdiri mengatur kelancaran jalannya lalu lintas kendaraan, dengan rasa heran dan penasaran Riri mengkerutkan keningnya, "Ar, tadi siang disini ada tabrakan tapi kok sampai sekarang masih di kerumuni warga ya.?" tanya Riri ke Arya yang sama sekali tidak tahu tentang kejadian ini..
"Arya pun gak tau apa yang terjadi tadisiang.." jawab Arya yang polos dan memberikan senyuman indah ke Riri..
Tapi Riri malah terpaku meyakinkan apa yang dilihatnya ada seseorang yang dikenalnya kalau itu adalah teman sekampusnya Putri.
"Putri... Iya putri.. Ar, itu putrikan? Ar, minggir bentar, Riri mau lihat apa yang sebenarnya terjadi, boleh ya Ar..?" Riri memperjelas apa yang dilhatnya kalau itu memang benar temannya Putri, dan langsung memohon kepada Arya agar menepikan mobil mereka ke pinggir jalan.
"Iya itu memang Putri.. Tapi Riri hati - hati ya biar Arya nunggu dalam mobil saja ya..?"
belum usai Arya bicara mobil yang dikemudikan Arya udah berada di tepi jalan, tanpa menjawab iya atau tidak Riri langsung turun dan berlari mengejar temannya, tapi Riri memperlambat langkahnya, karena dari sekitar 100 meter tempat Riri berlari ia melihat kalau wajah Putri berkilat karena Air matanya membasahi wajah temannya yang disinari cahaya lampu jalan, hati Riri pun mulai bertanya - tanya, apakah yang sebenarnya terjadi, Apakah Riri mengenal siapa yang dilihatnya terbaring diatas Aspal hitam yang di tutupi kain putih yang ternoda oleh darah itu, dan kenapa hampir semua teman - temannya berada di antara korban yang tebaring itu, termasuk Anto teman dan sekaligus mantan pacar Riri dulu? Ia terus bertanya - tanya di dalam hati apa yang sebenarnya terjadi. Tapi sebelum menghampiri mereka Riri menyempat kan diri melihat ke arah mobilnya dan terlhat Arya melambaikan tangannya dari dalam mobil sambil tersenyum kepada Riri. Sesaat kecemasan Riri terobati dengan senyuman sang pacar, ketika Riri hampir sampai sebuah jerit tangis terdengar dari mulut temannya yang begitu melihat Riri tiba disana.
"Ririii.... Lo kemana aja Ri..?" tanya seorang temannya yang bernama Putri tadi sambil memeluk tubuh Riri seakan membuat lutut Riri lemas, "Ri, Ayo Ri..? Lo harus tabah ya...?" Putri mencoba untuk menenangkan Riri.
"memang ada apa Put? Siapa yang tabrakan Put?" tanya Riri yang masih belum mengerti dan penuh penasaran oleh omongan dan tangisan Putri," Ar.. Ar.. Arya Ri.., Arya...." kening Riri kembali berkerut karena masih heran dengan penjelasan Putri yang tidak begitu jelas. "memang kenapa dengan Arya Put?" tanya Riri kembali ke Putri "Arya..., Ri, Arya sudah tidak ada lagi Ri, Arya meninggal karena tabrakan tadi siang Ri..!" Riri makin heran dengan penjelasan Putri,
"ah.. Jangan ngaco lo Put, ni.. Gw baru pulang sama Arya, tu Dia ada di mobil lo salah lihat kali" sambil menunjuk ke arah Arya. "Enggak Ri, enggak, Arya udah tidak ada lagi Ri.." jelas Putri yang membuat Riri sedikit emosi "Ayo sini lo lihat Put Arya ada di mobil gw satu harian kami jalan ke bukit Put.." sambil menggandeng tangan Putri Riri menuntun teman nya ke Arah mobilnya yang gelap karena cahaya mobilnya sudah dimatikan Arya, dan sesampainya di mobil " ini Put ini Arya.." meyakinkan Putri "enggak Ri.." putri juga menjadi bingung dan tangisnya malah menjadi kasian ke Riri. Dan seketika Riri membuka pintu mobil "Ar... Ar... Aryaa.. Kamu dimana sayang.? " tapi apa yang terjadi Arya sudah tidak berada lagi di Mobilnya, langsung saja Putri gantian menuntun Riri ke tempat kejadian dan membiarkan Riri berdiri di depan seseorang yang tengah terbaring kaku di depan nya walau sama sekali dia belum tau siapa sebenarny orang ini "lihat Ri..! lihat...! Dan kenapa no lo tadi gak Aktif? Coba lihat sendiri siapa dia?" Putri menggeleng - gelengkan kepalanya tertanda kasian terhadap Riri temannya.. Dan dengan langkah yang begitu pelan Riri mendekati tubuh yang terbujur kaku itu dan tiba - tiba matanya mulai berkaca - kaca, sesaat suasana menjadi hening, ia merasa darahnya kembali mengalir pelan, datak jantungnya seolah tidak normal, sesaat berdetak dengan kencang dan sesaat berhenti di tambah dengan tatapan teman - temannya yang menatap sayu kepadanya membuat ia menjadi bingung. "buka' Ri ! Buka'?" "iya buka' aja penutup wajah nya Ri..?" suara - suara dari teman - temannya menambah semangat batinnya, dengan pelan - pelan Riri pun memberanikan diri untuk membuka kain yang menutupi wajah korban kecelakaan tadi dan begitu terlihat wajah nya sedikit Ia merasa kalau wajah orang ini wajah seseorang yang benar - benar di kenalnya, wajah yang sudah tidak asing lagi baginya, wajah yang Ia cari - cari di sekitar Bandara tadi, dan wajah yang sepanjang hari tadi bersamanya di bukit tuk melihat hujan meteor tadi.. Tiba - tiba saja darah dan detak janjungnya seakan benar - benar tidak lagi bekerja, Air matanya pun sudah tidak dapat lagi terbendung oleh kelopak matanya yang indah itu, mustahil semua ini terjadi ini pasti tidak benar, tidak ini mgkin hanya mimpi iyakan Put ini mimpi kan dan ini juga bukan Arya kan Put? Riri masih saja belum percaya kalau tubuh yang terbaring didepan dirinya itu bukan Arya.
"Iya Ri, itu Arya Ri.! Dan ini juga bukan mimpi Ri.." jelas Putri tegas
"Aryaaaaa................" tiba - tiba saja Riri langsung menangis, meraung histeris dan menggeleng - gelengkan kepalanya kekanan dan kekiri, mata nya terpicing mengingat apa yang baru saja ia lakukan satu jam yang lalu bersama Arya di bukit. tangan Riri terus mengusap wajah Arya yang di penuhi luka akibat tabrakan tadi.
"Ar.., kenapa kau tadi tidak beritau kalau kau mau pergi Ar..
Kenapa di saat melihat meteor tadi kau tidak bilang kalau itu yang terakhir kita jalan Ar..! Kenapa Ar...? Kenapa secepat ini kau tinggal kan aku Ar? Aku masih sayang pada mu Ar.. Maaf kan Akuu Aryaa.." mendengar ratapan Riri semua teman - temannya tertunduk diam dan menahan tangis masing - masing.
Dan ternyata tubuh yang tegeletak kaku itu adalah jasad Arya yang sudah tidak dapat bergerak lagi kaku layaknya bagaimana jasad - jasad yang sudah tidak bernyawa lagi..
Dan Arya yang bersama Riri tadi Adalah arwahnya Arya yang ingin mengucapkan selamat tinggal kepada Riri, untuk membahagiakan hati Riri untuk yang terakhir kalinya..


"Non Riri...! Ada Non Putri datang Non?" suara Bi' Iyem mengejutkan Riri dari lamunan panjangnya pada saat - saat yang terakhir bersama Arya yaitu sesosok pria yang benar - benar Ia sayangi dan Ia cintai sepenuh hati nya. dan panggilan Bi' Iyem pun tidak digubrisnya.
Tiba - tiba saja Putri hadir dibelakang Riri
"Ri,! Lo nangis ya? Sabar ya Ri kan masih ada gw.! Semuanya kan sudah tiga hari berlalu, lo jangan menyiksa diri Lo ya Ri.!" mendengar ucapan Putri, Riri langsung menghapus Air matanya yang tidak bisa Ia sembunyikan karena mengenang semua kenangan - kenangan nya tadi. Dan Riri hanya melempar senyuman yang dibuat - buat ke Sahabat nya Putri.
"Ri gw mau memberikan amanah nya Arya ke Lo sebuah kotak yang terakhir kalinya ia titipkan untuk Lo sebelum Ia pergi untuk selama - lamanya." dan seketika pula Putri tiba - tiba menghilang meninggal kan Riri. Riri pun kembali meneteskan Air matanya lalu pelan - pelan Ia membuka isi kotak tersebut dan mengeluarkan satu buah kaca kristal berbentuk bulat yang berisikan didalamnya ada sepasang Insan lagi duduk di atas bukit dengan pria yang mengancungkan tangan nya keatas seolah menunjuk ke arah bintang yang bersinar terang dan beberapa meteor yang dalam keadaan jatuh kebumi. Semua isi kristal itu seakan mengingat kan dirinya kembali ketika Ia lagi di puncak bersama Arya untuk yang terakhir kalinya baik itu nyata atau pun hanya imajinasinya saja, tapi sungguh Riri benar - benar merasakan kejadian nyata yang tidak dapat Ia lukiskan. Riri pun teringat akan Foto - foto di ponselnya sewaktu Ia bersama Arya kemarin, tapi alangkah terkejutnya Ia kalau isi Foto - fotonya bersama Arya hanya terlihat wajah dan dirinya sendiri.. Riri pun kembali menangis meratapi semua yang terjadi padanya.

Detik - detik berlalu Hari - hari pun berganti hingga enam bulan kemudian Riri belajar tuk melupakan Arya walau masih terbekas di hati Riri semua kenangan indah ny bersama Arya.
Dan Akhir nya Riri memutuskan untuk sementara Ia akan jomblo selagi masih mengingat Arya.



Kisah ini terinpirasi dari lagu - lagu Ungu, Rasa, & Mltr. kisah ini memang hayalan, tapi ini adalah kisah yang pertama Aku ciptakan.
Bagi yang udah berpengalaman atau ada yang sedikit tidak asik aku minta saran dari kamu. Tolong beri komentar ya...

By : NICKZONE/NIKKO


0 Response to "Sesuatu Yang hilang"

Post a Comment

Sebelumnya Jika sudah membaca Artikel ini, Mohon tinggal kan Jejak Anda, karena Partisipasi Anda Sangat berarti Buat Kemajuan Blog ini.
Sopan, baik dan mengarah

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel